Seminar Nasional – Sustainable Upland Production Landscape : Reflections for Advancing Agri-Environmental Policy in Indonesia
Seminar Nasional Sustainable Upland Production Landscape: Reflections for Advancing Agri-Environmental Policy in Indonesia
Seminar Nasional yang diadakan oleh ICRAF yang berkolaborasi bersama SDGs Center Unpad membawa tema Sustainable Upland Production Landscape : Reflections for Advancing Agri-Environmental Policy in Indonesia dilakukan pada hari Kamis, 26 Januari 2023. Opening seminar ini dilakukan oleh Direktur SDGs Center Unpad yaitu Prof. Dr. Zuzy Anna, S.Si., M.Si. Keynote speakers pada seminar ini adalah Umi Karomah, Ph.D selaku Head of Research Center for Behavioral and Circular Economics, National Research and Innovation Agency (BRIN) dan Prof. Christopher Findlay dari Australian National University.
Umi Karomah mengatakan harmonisasi antara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Konteks landscape dalam pembangunan ekonomi Indonesia ini merupakan pendekatan yang relative baru, yang secara efektif akan mengintegrasikan berbagai kebijakan dan mendukung pertanian Indonesia. Landscape juga sangat terkait dengan produksi dan konsumsi, dan dengan adanya science diharapkan akan mendukung landscape. Untuk meningkatkan produksi di sektor agriculture diantaranya : (1) Menggunakan wilayah Upland, (2) Di Indonesia 15-20 million berpotensi untuk cultivation of tree crops/ estate crops, (3) Peningkatan wilayah pertanian.
Prof. Christopher Findlay juga mengatakan cara untuk Mobilising the insights from IndoGreen :
- IndoGreen has yielded significant insights into policy options for sustainable upland. (integrating economic and environmental).
- Quick summary of aspect of the rural transformation work . The work mobilise and implement these insights.
- Rural transformation : specialitation, use of markets, trade-local and across borders.
- Many deleoping countries has experienced this.
- Upland landscape menjadi bagian penting dalam pertanian Indonesia, tentunya dengan mengedepankan prinsip berkelanjutan, menyeimbangkan pembangunan dan konservasi.
- Green growth harapannya menyeimbangkan pembangunan dan konservasi di tingkat landscape terutama berkaitan dengan lahan pertanian.
- Masalah : melebarnya lahan pertanian yang belum berlekanjutan menimbulkan degradasi lahan yang merugikan pembangunan ekonomi.
- Mengidentifikasi local perception
- To access potential outcome
- Masyarakat meninginginkan diversifikasi ke pertanian sayur, kontra dengan HKM (pertanian berbasis pohon)
- Potential outcomes of HKM :
- ND1 ( well established productive landscape, terkoneksi dengan market, dan minim erosi) dan ND2(Steps land).
- Masih banyak HKM yang sulit terjangkau
- Petani hutan dengan lahan banyak, namun income cenderung sedikit, sedangkan petani dengan lahan tidak di hutan mengunginkan hutan sebagai lahan konservasi.
- Objectives
- Livelihood : tidak semua lahan cock untuk pertanian pohon
- Social equity : lack of participation
- Forest conservation : HKM sangat baik melalui konservasi hutan berkelanjutan.
- HKM di Pagar Alam sudah cukup baik namun perlu memerhatikan karakteristik masyarakat di wilayahnya.
- Research Question : Bagaimana kebijakan yang telah ada memengaruhi economic well being, apakah ada trade off antara jasa lingkungan dan kehidupan petani, bagaimana policy alternative jika dibandingan dengan existing policies.
- Model representation of Landscape. Livelihood options – activities by farmers (1). Single land; (2). Multiple land; (3). Not associated with land-use
- 4 modul utama : kesuburan lahan, aggregated HH economics, farmers decision making and learning, land use land cover change.
- Bagaimana akses kopi di hutan, bagiamana petani meningkatkan sistem kopi.
- High revenue obtained in BAU and Open Access scenarios
- High carbon stocks
- Social forestry tidak bisa mempertahankan income sehingga perlu ada skema insentif yang setidaknya membantu petani yang kehilangan pendapatannya akibat skenario yang menyasar ke lingkungan.
-
- Data yang terbatas dan parameter
- Measuring erosion rates at several outlest
- Mengidentifikasi faktor terntu yang memengaruhi petani dalam usaha taninya
- Lokasi : Bandung dan Bandung Barat (22 Desa)
- Sampel : 500 Rumah Tangga petani, 244 adalah petani pemilik sendiri lahannya dan menanam tanamana tahunan.
- Apa faktor yang memengaruhi petani mempraktikkan konservasi?
- Pasar tradisional memiliki transcation cost yang tinggi, dan adanya keterbatasan informasi menjadikan tidak efisien.
- Investasi untuk lingkungan berkaitan dengan kualitas.
- Kondisi pasar yang dominan, terutama memasok produk pertanian dari dataran tinggi tetap akan menimbulkan masalah.
- Panjangnya rantai pasok pasar tradisional dan banyaknya aktor didalamnya dan menimbulkan inefisiensi dan rendahnya harga petani itu sebenarnya tidak dapat dipastikan. Tidak ada nilai tambah yang ada hanya tambahan biaya.