Thursday, September 19, 2024
FeaturedNews

Seminar Nasional – Sustainable Upland Production Landscape : Reflections for Advancing Agri-Environmental Policy in Indonesia

Seminar Nasional Sustainable Upland Production Landscape: Reflections for Advancing Agri-Environmental Policy in Indonesia

Seminar Nasional yang diadakan oleh ICRAF yang berkolaborasi bersama SDGs Center Unpad membawa tema Sustainable Upland Production Landscape : Reflections for Advancing Agri-Environmental Policy in Indonesia dilakukan pada hari Kamis, 26 Januari 2023. Opening seminar ini dilakukan oleh Direktur SDGs Center Unpad yaitu Prof. Dr. Zuzy Anna, S.Si., M.Si. Keynote speakers pada seminar ini adalah Umi Karomah, Ph.D selaku Head of Research Center for Behavioral and Circular Economics, National Research and Innovation Agency (BRIN) dan Prof. Christopher Findlay dari Australian National University. Umi Karomah mengatakan harmonisasi antara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Konteks landscape dalam pembangunan ekonomi Indonesia ini merupakan pendekatan yang relative baru, yang secara efektif akan mengintegrasikan berbagai kebijakan dan mendukung pertanian Indonesia. Landscape juga sangat terkait dengan produksi dan konsumsi, dan dengan adanya science diharapkan akan mendukung landscape. Untuk meningkatkan produksi di sektor agriculture diantaranya : (1) Menggunakan wilayah Upland, (2) Di Indonesia 15-20 million berpotensi untuk  cultivation of tree crops/ estate crops, (3) Peningkatan wilayah pertanian. Prof. Christopher Findlay juga mengatakan cara untuk Mobilising the insights from IndoGreen
  • IndoGreen has yielded significant insights into policy options for sustainable upland. (integrating economic and environmental).
  • Quick summary of aspect of the rural transformation work . The work mobilise and implement these insights.
  • Rural transformation : specialitation, use of markets, trade-local and across borders.
  • Many deleoping countries has experienced this.
Key points : Four countries RTs all lead structural change in the economy between rural and rural sectors. Also lead : per capita income growth, poverty reducation in HH level. Indogreen generates insights into the process of getting to market- and the evolution (or expectation of the evolution) of value chains. Pada sesi I, tema yang dibawakan adalah Production Landscape, ecosystem services, social forestry. Dr. Beria Leimona dari ICRAF membawakan tema Socioeconomic Impacts of the production landscape multifunctionary in Pagar Alam. beberapa point dari materi dari Dr. Beria yaitu : 
  • Upland landscape menjadi bagian penting dalam pertanian Indonesia, tentunya dengan mengedepankan prinsip berkelanjutan, menyeimbangkan pembangunan dan konservasi.
  • Green growth harapannya menyeimbangkan pembangunan dan konservasi di tingkat landscape terutama berkaitan dengan lahan pertanian.
  • Masalah : melebarnya lahan pertanian yang belum berlekanjutan menimbulkan degradasi lahan yang merugikan pembangunan ekonomi.
Pembicara kedua pada sesi I yaitu Sacha Amaruzaman dari University of Adelaide. Beliau mengatakan Penjelasan mengenai dinamika Sosial Ekonomi di wilayah Upland terutama Pagar Alam dan adanya Hutan Kemasyarakatan di Indonesia di Pagar Alam. Tentu sangat terkait dengan distribusi lahan dengan skema perhutanan sosial dan pembagian lahan secara langsung. 3 objectives : livelihood improvement, social equcity, forest conservation. Research Objectives 
  1. Mengidentifikasi local perception
  2. To access potential outcome
Methods : HH survey and FGD Results :
  • Masyarakat meninginginkan diversifikasi ke pertanian sayur, kontra dengan HKM (pertanian berbasis pohon)
  • Potential outcomes of HKM :
    • ND1 ( well established productive landscape, terkoneksi dengan market, dan minim erosi) dan ND2(Steps land). 
    • Masih banyak HKM yang sulit terjangkau
    • Petani hutan dengan lahan banyak, namun income cenderung sedikit, sedangkan petani dengan lahan tidak di hutan mengunginkan hutan sebagai lahan konservasi.
  • Objectives 
    • Livelihood : tidak semua lahan cock untuk pertanian pohon
    • Social equity : lack of participation
    • Forest conservation : HKM sangat baik melalui konservasi hutan berkelanjutan.
    • HKM di Pagar Alam sudah cukup baik namun perlu memerhatikan karakteristik masyarakat di wilayahnya.
Narasumber berikutnya adalah Dr. Betha Lusiana dari World Agroforestry (ICRAF) membahas tentang The Impact of Social Forestry zoning governance and coffee management on farmers’ livelihoods and ecosystems services. Beberapa poin dari dari penjelasan Dr. Betha yaitu : 
  • Research Question : Bagaimana kebijakan yang telah ada memengaruhi economic well being, apakah ada trade off antara jasa lingkungan dan kehidupan petani, bagaimana policy alternative jika dibandingan dengan existing policies.
  • Model representation of Landscape. Livelihood options – activities by farmers (1). Single land; (2). Multiple land; (3). Not associated with land-use 
  • 4 modul utama : kesuburan lahan, aggregated HH economics, farmers decision making and learning, land use land cover change.
  • Bagaimana akses kopi di hutan, bagiamana petani meningkatkan sistem kopi.
    • High revenue obtained in BAU and Open Access scenarios
    • High carbon stocks
  • Social forestry tidak bisa mempertahankan income sehingga perlu ada skema insentif yang setidaknya membantu petani yang kehilangan pendapatannya akibat skenario yang menyasar ke lingkungan.
Pada Sesi II, Prof. Erwidodo selaku Representative BRIN menjabarkan beberapa poin penting yaitu :  Skenario 2018-2028 Climates Changes , Low (20mm/sec), Med(25mm/sec), High(30 mm/sec) Land cover S1 : The government carries out a seasonal crop development program  S2 : Coffee agroforestry development program by reducing forest land and other wood crops S3 :  reforestration program by reducing mix garden and coffee agroforest. Soil Conservation : S1 : <50% of area implement soil conservation activities S2 : >50% of area implement soail conservation activities
    1. Data yang terbatas dan parameter
    2. Measuring erosion rates at several outlest
Dr. Sumaryanto dari BRIN juga menjabarkan Determinants of Farmers Behaviour
  • Mengidentifikasi faktor terntu yang memengaruhi petani dalam usaha taninya
  • Lokasi : Bandung dan Bandung Barat (22 Desa)
  • Sampel : 500 Rumah Tangga petani, 244 adalah petani pemilik sendiri lahannya dan menanam tanamana tahunan. 
  • Apa faktor yang memengaruhi petani mempraktikkan konservasi?
49 persen petani yang memiliki lahan garapan sendiri, 0.36 Ha itu lahan yang dimiliki sendiri, sedangkan 0.2 Ha tidak dimiliki sendiri. 78% petani mengatakan bahwa mengembangkan konverasi itu mudah, 20 % sangat mudah. Conclusions : Determinan partisipasi dan insensitas konservasi : (1) control and utilization land (2) condition farmland (3) contribution framing to income (4) farmer’s ability to finance conservation and (5) regional characteristics. Dr. Ronnie S. Natawidjaja Associate Prof  (Center for Sustainable Food Studies, Universitas Padjadjaran) mempertanyakan Bagaimana keterkaitan pasar dan pelaku petani dalam menjalankan usaha taninya?
  • Pasar tradisional memiliki transcation cost yang tinggi, dan adanya keterbatasan informasi menjadikan tidak efisien.
  • Investasi untuk lingkungan berkaitan dengan kualitas.
  • Kondisi pasar yang dominan, terutama memasok produk pertanian dari dataran tinggi tetap akan menimbulkan masalah.
  • Panjangnya rantai pasok pasar tradisional  dan banyaknya aktor didalamnya dan menimbulkan inefisiensi dan rendahnya harga petani itu sebenarnya tidak dapat dipastikan. Tidak ada nilai tambah yang ada hanya tambahan biaya.
Berikut link rekaman youtube : https://www.youtube.com/watch?v=07rsub9qSTc