Thursday, September 19, 2024
FeaturedNews

Direktur SDGs Center memberikan sharing pengalaman terkait penerapan SDGs di Indonesia dalam Side Event High-Level Political Forum (HLPF) Malaysia

Pemerintah Malaysia khususnya Planning Unit and the Ministry of Foreign Affairs dengan dibantu Party Parliamentary Group Malaysia on SDGs, Institute of Strategic & International Studies (ISIS Malaysia) menyelenggarakan HLPF Side Event pada 11 Juli 2022 yang bertemakan “Building Back Better in localizing SDGs, A Case Study of Malaysia and Three Southeast Asian Country Experiences of the Partnership Model”.  Acara yang diselenggarakan secara online ini dibagi dalam dua panel. Panel pertama diisi oleh pembicara dari Malaysia dan panel kedua merupakan penjelasan Experience & reflection dari 3 negara (Indonesia, Thailand, Filipina). 

Acara dimulai dengan sambutan dari Hon. Dato’ Sri Mustapa Mohamed (Minister in the Prime Minister’s Department (Economy) Malaysia). Panel pertama diisi oleh 3 pembicara. Bapak Kamaruzaman Umar (Ministry of Housing and Local Government) selaku pembicara pertama memberikan pemaparan terkait kementerian dimana dia bekerja yang mendukung SDG, terutama berkaitan dengan sustainability cities and communities (SDG 11). Beliau menekankan pembaruan dan perencanaan yang berkelanjutan dengan akses yang memadai (energy, housing, transportation, dan green space) Namun tetap memperhatikan lingkungan. 

Pembicara kedua yaitu Hon Dato Seri Rohani Abdul Karim (Member of Parliament & Chairperson of the APPGM-SDG). Beliau menjelaskan pentingnya partisipasi semua pihak dalam localizing SDG dengan pendekatan bottom-up. Semua anggota parlemen memiliki peran aktif sebagai local champion dalam  implementasi SDG yang melibatkan pemerintah daerah maupun pusat. 

Pembicara ketiga yaitu James Raj (Executive Officer APPGM-SDG) menjelaskan beberapa project yang dilakukan dalam beberapa daerah di Malaysia.  APPGM-SDG dalam melakukan kegiatan localizing SDG di 2020 dan 2021 telah mengimplementasikan 121 SDG Project di 30 konstituen parlemen dengan pencapaian 5600 partisipan. 

Pembicara keempat adalah Norliza Hashim (CEO Urbanice Malaysia) yang menjelaskan tentang Malaysia SDG Cities dimana terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu kota berusaha mengetahui dimana posisi mereka saat ini (encourage to understand where they are), setting visi, dan membuat roadmap. Selain itu beliau menjelaskan pentingnya menyelesaikan tantangan SDG seperti policy coordination, data lokal, dan tantangan pembiayaan project SDG. Selanjutnya panel dua merupakan pembahasan mengenai pengalaman-pengalaman di tiga negara dalam mengimplementasikan SDG. 

Zuzy Anna selaku Direktur SDG Center Universitas Padjadjaran menjelaskan bahwa pandemi covid berpengaruh terhadap ketercapaian SDG dalam berbagai dimensi pembangunan dan target SDG. Zuzy Anna menjelaskan mengenai hasil penelitian SDG Center Unpad terkait dampak global mengenai COVID19 di negara ASEAN. Ketercapaian SDG di Negara-negara ASEAN 2%-3% lebih rendah dibandingkan dengan kondisi tanpa adanya COVID19 dan setara dengan sekitar 1,5 tahun lebih lambat dalam pencapaian SDG. Selain itu 97% SDG Indikator terinterupsi oleh COVID19 sedangkan sisanya telah tercapai sebelum 2030. Negara-negara dengan total indikator terinterupsi paling sedikit (least indicator interrupted) adalah Malaysia (43,5%), Vietnam (48%). Sedangkan indikator terinterupsi di Indonesia adalah 70,3% dan Filipina adalah 68%. Untuk meningkatkan pencapaian SDG, perlu dilakukan refocusing program pengembangan, economic recovery, digital transformation, dan program lainnya. 

Chol Bunnag (Director SDG Move, Thammasat University memberikan penjelasan bahwa Covid mempengaruhi berbagai bidang perekonomian khususnya tourism dan hospitality. Beliau menjelaskan mengenai solusi yang dilakukan seperti penggunaan teknologi digital untuk perbaikan yang inklusif. Digitalisasi digunakan untuk memonitor Covid19 dan vaksinasi, online marketplace, pembuatan akun (open account) untuk mendengarkan dan menerima komplain, dan pemasangan wifi untuk menunjang digitalisasi.  Beliau juga menjelaskan pentingnya adanya SDG target dashboard untuk data yang lebih akurat dan up-to-date. 

Emma Porio, PhD, (project leader/ principal investigator Ateneo de Manila University and Manila Observatory) menjelaskan berbagai studi dalam menangani pandemi Covid19. Salah satunya integrasi SDG dan Sendai Framework. Climate change adaptation (UNFCCC) + sustainable development goals + disaster risk reduction (Sendai framework) = Reducing vulnerability and enhancing resilience.  Speaker keempat dalam panel dua adalah Alizan Mahadi dari Institute of Strategic & International Studies (ISIS Malaysia) yang menjelaskan mengenai pelaporan VNR dari beberapa negara seperti Indonesia yang telah melaporkan 3 VNR.  Alizan menekankan pentingnya belajar dari implementasi berbagai negara seperti Indonesia yang melakukan localizing SDG di desa.

Setelah semua pembicara dalam panel kedua memaparkan pengalamannya di negara masing-masing, terdapat diskusi dengan peserta. Selanjutnya terdapat closing speech dari Hon Dato Sri Saifuddin Abdullah (Minister of Foreign Affairs, Malaysia)