Friday, September 20, 2024
FeaturedNews

Kemiskinan Multidimensi dan Keberlanjutan Lingkungan di Indonesia Dalam Proses Pemulihan dari Covid-19

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dan Kementerian Riset dan Teknologi berpartisipasi secara daring sebagai keynote speaker pada hari Kamis, 18 Maret 2021 dengan tema acara webinar “Multidimensional Poverty and Environmental Sustainability in Indonesia in the Recovery Process from Covid-19”.

Prof Ari Kuncoro selaku rektor UI mengawali acara mengatakan, “Webinar bertujuan sebagai ruang kerja sama bagi para peneliti dan ahli dari Indonesia dan Inggris. Harapannya, dapat menemukan solusi inovatif dalam mendorong pemulihan ekonomi serta mengatasi masalah kemiskinan dan lingkungan hidup akibat pandemi COVID-19.”

Disambung oleh Prof. Bambang Brodjonegoro (Menteri Riset dan Teknologi) yang mengatakan “Kemiskinan multidimensi tidak hanya sekedar isu sosial dan ekonomi, hari ini inovasi dan teknologi mempunyai peran penting dalam mengurangi permasalahan kemiskinan ini. Salain itu dalam isu kelestarian lingkungan yang perlu menjadi perhatian penting adalah perlu difokuskan pada penerapan ekonomi sirkular pada aktivitas penelitian dan penerapan pemenuhan kebutuhan akan energi. Saya yakini hal ini akan memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang merupakan harmoni isu ekonomi, ekologi, dan sosial


SDGs Unpad menjadi panelis pada webinar ini, prof Arief Yusuf mengatakan nilai umum adalah ada kegagalan umum tertentu dan prinsip-prinsip sehubungan dengan keduanya. misalnya, berpusat pada orang, inklusif, berkelanjutan, tangguh, dinamis dan inovatif, dibangun di sekitar perdamaian. Namun yang paling penting adalah berbasis kemitraan dan juga setidaknya ada enam atau beberapa atau lima prioritas, yaitu pengentasan kemiskinan, infrastruktur dan konektivitas, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, produksi dan konsumsi yang berkelanjutan dan ketahanan.

Setelah melihat hasil riset yang telah dilakukan, krisis covid-19 membuyarkan hampir semua indikator SDGs negara-negara asean. Secara rata-rata, indikator SDGs pada tahun 2030 akan lebih rendah sekitar 3% (gap), atau tertinggal 1 tahun. kedengarannya tidak serius. Namun, ini sangat bervariasi di seluruh negara dan indikator. Filipina adalah yang paling parah terkena dampaknya. Vietnam paling sedikit. Beberapa faktor menghitungL kondisi awal (baik SDGs maupun kerentanan terhadap covid-19), dampak covid-19 terhadap pertumbuhan, proyeksi pemulihan. Analisis berwawasan ke depan semacam ini diharapkan dapat memandu kemitraan asean untuk mencapai SDGs dan visi komunitas Asean.
.